Sumutterkini.com, LANGKAT – Proyek penggantian asbes RS Pertamina Pangkalan Brandan hangat diperbincangkan di tengah-tengah masyarakat.
Selain nilainya yang fantastis mencapai Rp 2.296.000.000 yang dikerjakan oleh PT Bunguong Cahaya Abadi dari Provinsi Aceh, ternyata pekerja yang mengerjakan proyek tersebut, tak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap.
Bahkan amatan wartawan di plang proyek yang terpasang, sumber dana miliaran rupiah itu, tak tau berasal dari mana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menyikapi hal tersebut, Vice Director HC & GA, Muhammad Ambril saat dikonfirmasi mengatakan, jika alat pelindung diri atau APD, itu diwajibkan bagi pekerja proyek di RS Pertamina Pangkalan Brandan.
Meski begitu, Ambril mengaku jika ada pekerja yang tak menggunakan APD, artinyanya lolos dari pengawasan mereka.
“Selama pembangunan ini di bulan Juli 2024 kita mulai, pekerja yang tak pakai APD sudah ada beberapa yang kita pulangi. Ini akan kita tindaklanjut lagi, berarti ada yang lolos dari kami,” ujar Ambril, Selasa (3/9/2024).
Lanjut Ambril, selama ini pihaknya memakai jasa konsultan pengawas. Jadi setiap ada laporan, dengan cepat pihaknya akan melakukan penindakan.
“Kalau ada memang pekerja yang tak menggunakan APD dengan lengkap, mohon maaf berarti ada yang lolos dari kami dari sisi pengawasan akan kita tindaklanjut,” ujar Ambril.
“Tapi yang pasti kami mengikuti standar Pertamina seluruh pekerja sudah mempunyai BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan dan pekerja di sini harus menggunakan APD. Termasuk ketinggian di 1,8 meter kita memakai tali untuk keamanan,” sambungnya.
Disinggung soal sumber dana, Ambril menambahkan dana tersebut berasal dari rumah sakit.
“Kan kami korporasi Pertamedika IHC, jadi seluruh rumah sakit Pertamedika di Indonesia saat ini yang masih menggunakan bahan asbes diharuskan untuk merubah, termasuk RS Pertamina Pangkalan Brandan,” ujar Ambril.
Namun demikian, pengerjaan proyek miliaran rupiah ini sudah 56 persen.
“Jadi yang kita rubah asbes dan plafon yang masih berbahan asbes. Alhamdulillah sudah diangka 56 persen,” ucap Ambril.
Sedangkan itu, untuk proses tender sudah melalui PPBJ sesuai SOP.
“Dibukanya tender ada beberapa yang mengikuti termasuk perusahan lokal. Mungkin waktu itu belum berani ikut. Ada dari Aceh, Jakarta, yang ikuti tender. Dan pemenangnya PT Bunguong dari Aceh,” ujar Ambril.
Sementara itu pemilik perusahaan lokal yang tak ingin identitasnya disebutkan mengatakan, jika proses tender yang dilakukan diduga tak fair.
Menangnya PT Bunguong Cahaya Abadi pada proses tender, diduga ditunjuk langsung karena ada kedekatan “orang dalam”.
“Alasan saja kami dibilang tak berani ikut. Kami pun gak tau kok tiba-tiba aja sudah ada pemenang tendernya. Mestinya lebih diutamakan pengusaha-pengusaha lokal lah,” tutup sumber. (rsy/sumutterkini.com)