Sumutterkini.com – Dua akan datang calon presiden 2024, Anies Baswedan kemudian Ganjar Pranowo melakukan interaksi di area media sosial menggunakan bahasa Jawa yang tersebut tiada biasa. Bahasa hal itu merupakan bahasa Jawa Walikan versi Yogyakarta.
Pada hari Sabtu (28/10/2023) merupakan hari ulang tahun Ganjar Pranowo. Bacapres PDIP yang disebut memang mempunyai tanggal kelahiran yang identik dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Anies Baswedan yang mana jadi rivalnya dalam Pilpres 2024 memberi selamat ulang tahun sembari bercanda vira media sosial X (dulu bernama Twitter).
Kemudian, sekitar 48 menit kemudian Ganjar membalas “Maturnuwun Dab Anies Baswedan, sampeyan mugo-mugo sehat terus juga yo. Duh tanggal tua lagi poya mothig e, hahaha.”
Itu merupakan bahasa Walikan Jogja (Yogyakarta) atau bahasa kebalikan gaya Jogja, tempat kampus UGM berada. Baik itu Anies Baswedan maupun Ganjar adalah alumni UGM. Anies Baswedan menyebut ‘nek ono daladh-daladh bareng ojo lali ngundang ya’ artinya ‘kalau ada makan-makan bersama, jangan lupa mengundang ya.‘ Kemudian Ganjar bilang, ‘poya mothig‘ artinya ‘tidak punya uang‘.
Lantas, apa itu bahasa walikan yang dimaksud dipakai Ganjar serta Anies? Simak informasi lengkapnya berikut ini.
Bahasa walikan Jogja merupakan salah satu bahasa pergaulan prokem khas Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Melansir dari jurnal Memahami Basa Walikan dalam Membentuk Identitas Komunitas Masyarakat Kampung Badran, Yogyakarta, bahasa walikan Jogja sudah banyak berkurang penuturnya alias sudah jarang dipergunakan dalam percakapan saat ini.
Bahasa walikan Jogja menggunakan acuan aksara Jawa dengan melompati urutan abjadnya sebanyak dua kali untuk menentukan aksara apa yang tersebut hendak digunakan untuk mengganti suku kata dari kaya yang tersebut hendak diubah.
Dalam buku Urip Mung Mampir Ngguyu: Telaah Sosiologis Folklor Jogja karya Sidik Jatmika menyebut bahwa pada tahun 2019, konon pengguna awal bahasa walikan Jogja merupakan para gentho, gali, garong, alias preman.
Dalam buku yang disebut disebutkan bahwa para preman dulu menggunakan bahasa ini agar percakapan mereka tiada diketahui oleh otoritas Orde Baru (Orba). Namun, bahasa walikan Jogja ini lambat laun dipahami kalangan umum.
Namun, ada juga versi sejarah heroiknya yang juga populer bahwa bahasa walikan Jogja digunakan pejuang kemerdekaan agar percakapan merek bukan dipahami penjajah Belanda. Namun masih belum tahu versi mana yang mana benar.
Bahasa walikan Jogja menjadi bahasa gaul anak muda era 1980-an. Bahasa walikan Jogja berbeda dengan bahasa walikan Malang Jawa Timur yang tersebut metode langsung dibalik melalui cara bacanya. Contoh, di area Malang kata ‘Mas’ berubah menjadi ‘sam’ sementara di tempat Jogja menjadi ‘dab’.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa
(Cw1/Sumutterkini.com)
Sumber Suaradotcom
Komentar