Sumutterkini.com – Sempat heboh beberapa waktu lalu kasus rabies menimbulkan anak meninggal dunia lantaran digigit anjing ‘gila’ yang mana terinfeksi. Padahal Indonesia sedang mencanangkan bebas rabies dalam 2023. Lantas, gimana cara mencegahnya?
Rabies adalah virus mematikan yang mana menyebar ke manusia dari air liur yang tersebut terinfeksi. Binatang yang umumnya menyebarkan rabies yaitu anjing, kelelawar, anjing hutan, rubah, sigung, serta rakun.
“Kalau sudah muncul gejala rabies, maka bukan dapat ditolong, jadi bilangan kematian 100 persen. Tetapi sebelum muncul gejala setelah digigit hewan penular rabies yang tersebut kebanyakan anjing, dapat dilaksanakan upaya pencegahan sebelum digigit maupun pencegahan setelah digigit,” ujar ujar Komite Rabies Flores Lembata, dr. Asep Purnama, Sp.PD-FINASIM melalui rilis Kalbe yang dimaksud diterima suara.com, Selasa (24/10/2023).
Satu-satunya cara mencegah kematian akibat rabies yaitu dengan vaksin rabies, selain kewajiban mencuci luka bekas gigitan. Langkah vaksinasi harus dikerjakan sebelum terjadinya gigitan, sebab jika sudah tergigit tapi belum divaksinasi maka kesempatan kematian 100 persen alias pasti meninggal dunia. Inilah sebabnya rabies disebut sebagai penyakit mematikan.
Mirisnya usai Covid-19 melanda, capaian vaksinasi rabies pada hewan penyebar virus seperti anjing menurun. Padahal harusnya minimal 70 persen dari jumlah agregat populasi anjing harus divaksinasi rabies agar manusia aman.
“Tahun 2020 vaksinasi kemudian kematian akibat rabies turun dikarenakan lockdown, ada 40 orang di tempat Indonesia meninggal sebab rabies, dengan 82.434 kasus gigitan. Sebelumnya 105 kasus kematian. Tahun 2021 kita mulai bergerak lagi keluar rumah, kasus meninggal akibat rabies meningkat menjadi 62, akibat anjing-anjing yang digunakan tiada divaksin mulai tertular rabies antar mereka itu kemudian mengiggit manusia,” beber dr. Asep.
Selanjutnya, dr. Asep juga menemukan dalam 2022 data kematian akibat rabies meningkat 102 kasus serta kasus gigitan hewan berisiko penular rabies mencapai tambahan dari 100.000 peristiwa.
Data terbaru per Agustus 2023, kematian akibat rabies mencapai 90 kasus serta terjadi 94.000 kasus gigitan. Jika hal ini dibiarkan hingga akhir tahun, diperkirakan kasus kematian bisa jadi mencapai 135 jiwa kemudian kasus gigitan rabies sekitar 142.000.
“Hingga saat ini sudah ada 16 orang meninggal dunia di area NTT akibat rabies. Kalau bukan diatasi dengan pencegahan, maka akhir tahun dapat semata 24 orang. Orang paling rentan adalah teman-teman yang tersebut bertugas terkait dengan binatang,” papar dr. Asep.
Terakhir ia juga memaparkan, vaksin rabies minimal 3 bulan sebelum terpapar rabies sudah bisa jadi terlindungi dari bahaya lalu mematikannya virus tersebut. Sehingga bekas gigitan yang dialamu cukup diimplementasikan tindakan pencucian.
“Antibodi masih cukup untuk melindungi korban gigitan dari rabies. Tapi kalau digigitnya lebih banyak dari tiga bulan setelah pemberikan vaksin pre-exposure, maka tinggal dibooster sekadar disuntik dua kali serta tidak ada perlu serum anti rabies,” pungkas dr. Asep.
Hal yang mana sebanding juga disampaikan Franchise Manager Travel-Endemic Vaccines PT Kalventis Sinergi Farma, Dhimas Hariandhana bahwa jika gigitan rabies terjadi di tempat dekat saraf pusat maka gejala rabies dapat cepat dirasakan serta dialami. Sedangkan vaksinasi mampu mencegah gejala berat itu terjadi khususnya pada orang-orang yang berisiko.
“Yakni orang-orang yang terlibat dengan hewan penular rabies, seperti vaksinator hewan, dokter hewan, juga pemelihara hewan. Vaksin ini tersedia di area infrastruktur kesehatan, puskesmas, atau rabies center, siapa pun dapat mengajukan permohonan vaksinasi rabies,” papar Dhimas.
Product Executive Companion Animal Kalbe Animal Health, drh. Geraldus Gunawan juga menyebutkan untuk menjaga hewan peliharaan bukan berbeda sangat dengan cara menjaga diri sendiri.
Dimulai dari tahap awal, menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan diri kita, lalu hewan. Karena tidak ada menghentikan kemungkinan ada penyakit yang tersebut bisa saja dibawa pemilik kepada hewan peliharaan dan juga sebaliknya.
“Setelah itu, kita dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti makanan, akibat hewan mirip seperti manusia, setiap umur ada hanya masalahnya. Ada beberapa kandungan mineral atau makanan yang dimaksud harus dibatasi, dalam setiap umur hewan mempunyai takaran yang mana berbeda-beda. Kalau makanan sudah pas, baru kita loncat untuk memberikan multivitamin atau multimineral untuk imun booster. Kami menyediakan Kalvidog atau Kalbe Vitamin Dog untuk anjing. Lalu ada Kalbe Vitamin Cat, Kalbe Vitamin Gel,” pungkas drh. Geraldus.
(Cw1/Sumutterkini.com)
Sumber Suara.com
Komentar