Berkunjung ke Pelataran Difabel, Satu-satunya Cafe Disabilitas di Kota Medan

Berkunjung ke Pelataran Difabel, Satu-satunya Cafe Disabilitas di Kota Medan

Sumutterkini.com, MEDAN Biasanya, jika kita datang ke sebuah cafe, tentu akan dilayani oleh orang normal pada umumnya. Namun berbeda jika berkunjung ke galeri dan cafe pelataran difabel, kita akan dilayani oleh sahabat-sahabat berkebutuhan khusus.

Pelataran difabel ini terletak di Jalan Karya Kasih No.26B, Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan. Cafe disabilitas satu-satunya di Kota Medan ini diinisiasi oleh Dewi Natadiningrat founder Khadijah Saraswati Indonesia yang juga bermitra dengan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara (Sumut).

Terdapat 10 anak difabel di lokasi tersebut. Salah satunya adalah Amin sulaiman Zega yang merupakan seorang barista atau peracik kopi. Amin sendiri merupakan seorang tuna daksa yang memiliki cita-cita sebagai seorang barista profesional.

Selain Amin ada juga Riswan seorang tuna rungu yang dari tangannya tersaji kopi yang memiliki cita rasa tinggi. Walaupun hanya mengandalkan isyarat tangan, Riswan mampu memahami dan mengetahui kopi pesanan sesuai selera para pengunjung.

Meskipun memiliki kekurangan, Amin dan Riswan terus mengasa kemampuan mereka untuk bisa menjadi seorang peracik kopi yang handal.

Sahabat difabel selanjutnya adalah Rifky Rahmanda Tambunan seorang Tunarungu yang memiliki tugas sebagai pramusaji. Dengan piawai, ia memberikan pelayanan terbaiknya kepada pengunjung. Senyuman lebar dan wajah yang riang, membuat para pengunjung merasa nyaman ketika dilayani oleh Rifky.

Ada juga wanita berparas cantik yang bertugas sebagai kasir di Pelataran Difabel. Namanya Silvya Deslini Munthe asal Pematang Siantar.

Anak pertama dari 4 bersaudara tersebut, dengan sabar dan ulet mencatat setiap pesanan para pengunjung. Silvya adalah seorang tuna rungu yang selalu menularkan kebahagiaan kepada setiap orang yang ditemuinya.

Selanjutnya ada Fitri Wulandari Daulay. Ia bertugas sebagai seorang juru masak handal di Pelataran Difabel. Seorang tuna rungu yang sering disapa wulan tersebut memiliki hobi memasak dari kecil dan sekarang ia terus mendalami teknik memasak yang baik di pelataran difabel.

Terakhir ada Ahmad Prayoga, seorang difabel yang paling menginspirasi hampir seluruh mata yang melihatnya. pelukis yang tidak memiliki kaki dan tangan tersebut mengalami kecelakaan kerja tersengat listrik pada tahun 2016 silam ketika ia berusia 17 tahun.

Keterbatasan yang dimilikinya tidak menyurutkan yoga dalam menghasilkan karya. Selain pengunjung, seluruh sahabat difabel di cafe tersebut juga mengidolakan yoga karena kegigihan nya untuk menjalani hidup dengan segala kekurangannya.

Pelataran difabel juga merupakan tempat etalase hasil kerajinan tangan para disabilitas di Sumatera Utara. Dewi menyatakan program inkubasi difabel preneur tersebut sudah dimulai sejak tahun 2020 yang lalu.

(Cw2/Sumutterkini.com)

Komentar